Masker jenis N95 sedang banyak dicari di tengah isu wabah virus corona jenis baru atau novel Corona virus (2019-nCoV). Di Indonesia hingga kini memang belum ada kasus virus corona yang terkonfirmasi atau masih negatif. Meski begitu, sebagian orang memilih mengantisipasi salah satunya dengan mengenakan masker jenis N95.
Bahkan menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Mohammad Faqih, ketersediaan masker N95 dikabarkan habis.
“Kami sudah mendorong pabriknya untuk memproduksi. Karena mungkin bukan hanya permintaan di dalam (Indonesia) ya, mungkin kawan-kawan di China minta dikirim. Jadi kekurangan ini bukan semata karena pemakaian di Indonesia,” tutur Daeng saat ditemui di kantor Sekretariat PB IDI, Jakarta Pusat, Jumat (31/1)
“Harapannya ya paling tidak BUMN lah yang memproduksi ini, terutama yang farma farma itu. Didorong untuk meningkatkan atau menambah produksinya, ini karena permintaan sedang banyak,” tambah dia lagi.
Tapi betulkah masker N95 adalah satu-satunya yang ampuh?
Daeng lebih lanjut menjelaskan, masker berbahan kertas tersebut memang mampu menangkis pelbagai virus. Tapi untuk virus corona dan dalam konteks kasus di Indonesia, masker bedah pun sudah cukup. Asalkan, dipakai dengan tepat.
Senada disampaikan Dokter Spesialis Paru, Diah yang mengatakan N95 justru hanya perlu dipakai oleh petugas medis. Karena biasanya petugas kesehatan bakal melakukan kontak langsung dan intens dengan pasien. Pemakaian N95 pada orang kebanyakan salah-salah justru mengakibatkan kesulitan bernapas.
“Kalau kita berada di negara yang kasusnya banyak, atau di lingkungan high populated, jadi crowded, boleh saja menggunakan N95,” tutur Diah.
“Cuma begini, prinsip penggunaan masker sebenarnya baik itu masker biasa maupun masker N95 itu kan kepatuhan dan mampu menggunakan dengan baik. Karena N95 itu kan pengap sekali lho, [bisa jadi] justru tidak efektif kalau kita salah guna,” lanjut dia lagi.
Diah lantas menjelaskan baik masker bedah ataupun N95, keduanya harus digunakan secara tepat. Kata dia, ada tata cara penggunaan masker yang selama ini acap diabaikan. Adapun teknik penggunaan masker dengan benar:
1. Siapkan masker dan pasang tepat di bagian muka.
2. Pastikan masker menutupi hidung dan mulut. Jika menggunakan masker bedah, sisi luar adalah yang berwarna hijau atau biru. Sedangkan sisi dalam adalah bagian yang berwarna putih. Masker ini sudah dilengkapi dengan tiga lapisan.
3. Pasang tali masker, didahului dengan bagian atas lantas diikuti bagian bawah.
4. Lakukan fiksasi dengan memastikan bagian yang keras menempel pada hidung. Yakinkan masker yang Anda pakai betul-betul rapat dan tak menyisakan lubang.
5. Jangan mencopot-pakai masker. Ingat kepatuhan pemakaian.
Saat membuka pun, Anda harus menyentuh tali masker. Jangan sampai menyentuh bagian depan masker karena di situlah letak kuman, virus atau juga bakteri berada. Usai dilepas pun masker harus langsung dibuang.
Sementara Ketua Umum PB IDI Daeng Mohammad Faqih mengatakan tingkat fatalitas dan kasus kematian akibat virus corona masih tergolong rendah bila dibandingkan wabah SARS. Sehingga ia pun mengimbau agar publik tak perlu panik meski tetap harus waspada.
“Corona ini kan tingkat keganasannya tidak terlalu. Jadi jangan terlalu khawatir, jangan panik, tapi kewaspadaan itu tetap harus kita jaga,” kata dia.
Sebetulnya yang paling utama untuk mengantisipasi virus ini adalah menjaga kekebalan dan daya tahan tubuh. Hal ini bisa dilakukan setidaknya melalui tiga hal yakni istirahat secukupnya, beraktivitas atau olah raga sesuai kebutuhan dan, mendapat asupan gizi yang cukup.
“Karena virus itu pada hakikatnya bisa mati sendiri asal tubuh kita masih bugar,” lanjut dia.
Daeng juga menekankan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satunya dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun–yang mengandung antiseptik.